Walisanga dalam mengemban tugas luhur dalam rangka meng-Islamkan tanah Jawa, mengetahui bahwa wayang bisa menjadi sarana siar Islam yang sangat efektif. Dalam bukunya, Poerbosoebroto yang berjudul Wayang Lambang Ajaran Islam, banyak sekali hal2 yang berkaitan dengan maksud Walisanga tadi.
Oleh
walisanga, wayang diubah menjadi media dakwah Islam. Akidah Islam
disiarkan melalui mitologi Hindu. Hal2 yang berkaitan dengan Dewa
(Hyang, Sang Hyang) yang menjadi sesembahan masyarakat waktu itu
dikait-kaitkan dengan cerita nabi. Mitologi Hindu berpegang pada dewa
sebagai sesembahannya. Karena itu, walisanga memadukan cerita silsilah
wayang dengan nabi2.
Cerita
silsilah wayang digarap dan diurutkan ke atas sampai pada nabi Adam.
Metode dakwah Walisanga lewat mitologi Hindu, sangat tepat dengan kontek
budaya masyarakat Jawa waktu itu (abad 15) yang memeluk agama Hindu.
Untuk menyiarkan akidah Islam, Walisanga memilih cara atau metode, yang menurut Drs Ridin Sofyan cs dalam buku Islamisasi Jawa disebut
‘de-dewanisasi’ cerita (lebih tepatnya de-sakralisasi dewa/tuhan hindu
kali ya .red). Cerita yang berhubungan dengan dewa2 diubah supaya akidah
Islam bisa masuk hati sanubari masyarakat waktu itu.
Rukun Islam juga menjadi pilihan siar dan dakwah Islam. kalimasada (kalimat
sahadat) sebagai ajaran (tauhid) islam masuk dalam cerita pewayangan.
Puntadewa yang juga mempunyai nama Dharmakusuma yang juga Yudhistira
menjadi wayang pilihan yang memegang surat atau Jamuskalimasada
Prof Poerbatjaraka menerangkan bahwa kalimasada berasal
dari kata kali+maha+usada yang berarti ‘suatu hal yang mempunyai nilai
agung untuk sepanjang jaman’. Dalam dunia pewayangan,kalimasada adalah
jimat atau senjata pusakanya Prabu Puntadewa, raja Amarta. Dalam perang
Barathayudha, Salya (dari kerajaan Kurawa) harus bertarung melawan
Puntadewa. Salya mempunyai senjata pusaka Aji Candrabirawa yang dahsyat,
namun dikalahkan oleh Puntadewa. Jamuskalimasada mampu mengakhiri kekuatan Salya.
Dalam
pedahlangan diceritakan bahwa Puntadewa adalah putra dari Dewi (dalam
hal ini manusia) Kunthi dengan Bethara (Dewa ya dewa, bukan manusia)
Darma melalui mantra Adityarhedaya. Dewa Darma di Kahyangan (Surga)
adalah dewa kebenaran dan keadilan. Alkisah Prabu Pandhu saat itu ingin
memiliki seorang putra yang dapat bertindak adil dan benar. Dalam
pewayangan, Puntadewa ekalimasada miliki
watak/sifat yang halus,penurut, bersahaja, rela,iklas,sabar,
menerima.Puntadewa menjadi tokoh wayang yang memiliki darah berwarna
putih.Menjadi lambang wayang yang berhati bersih dan suci.Maka sangat tepat sekali bila Puntadewa dipilih sebagai tokoh yang memiliki Jamus kalimasada
Masih berkaitan dangan halatau kalimat sahadat, di tanah Demak ada cerita tutur tinular (cerita turun temurun kali ya, cerita dari kakek nenek). Waktu itu Sunan Kalijaga (salah satu tokoh walisanga) bertemu dengan seorang yang sudah tua pikun.Orang tadi mengaku bernama Darmakusuma, yang sudah lama sekali berkelana kemana mana. Pada akhirnya dia mengeluh kepada Sunan Kalijaga supaya diberitahu jalan mati (makssudnya: sudah tua pikun, pengin segera mati kog ya ndak mati2).Sunan Kalijaga memberi petunjuk untuk membaca kalimasada atau kalimat sahadat.
Masih berkaitan dangan halatau kalimat sahadat, di tanah Demak ada cerita tutur tinular (cerita turun temurun kali ya, cerita dari kakek nenek). Waktu itu Sunan Kalijaga (salah satu tokoh walisanga) bertemu dengan seorang yang sudah tua pikun.Orang tadi mengaku bernama Darmakusuma, yang sudah lama sekali berkelana kemana mana. Pada akhirnya dia mengeluh kepada Sunan Kalijaga supaya diberitahu jalan mati (makssudnya: sudah tua pikun, pengin segera mati kog ya ndak mati2).Sunan Kalijaga memberi petunjuk untuk membaca kalimasada atau kalimat sahadat.
Diceritakan bahwa setelah Darmakusuma membaca kalimasada ,
dia langsung meninggal. Mayatnya diurus dan dikuburkan dibelakang
Masjid Demak. Ternyata kalimat sahadat dalam dunia pewayangan diletakkan
oleh walisanga dalam penggarapan cerita wayang secara indah dan unik.
Dalam bulan puasa yang penuh berkah dari Allah swt ini, watak dan sifat
Puntadewa tadi dapatlah menjadi cermin atau teladan yang dapat
diterapkan dalam dunia keluarga.
Sumber :Sutadi, Ketua Pepadi jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar